Daisypath Happy Birthday tickers

Daisypath Happy Birthday tickers

Jumat, 13 September 2013

Setelah membaca ini dalam kurun waktu yang cukup lama, akhirnya gue menghela napas panjang. Betapa gue salah selama ini menilai hidup, betapa dunia ternyata tidak begitu bernilai dibanding apapun yang Allah janjikan untuk hamba-Nya yaitu akhirat yang kekal. Selama ini gue selalu terpacu untuk melakukan apapun demi meraih impian karena gue pikir sudah merupakan kodratnya manusia untuk memuaskan diri dengan pencapaian-pencapaian yang prestisius. Tanpa gue sadari bahwa ada hakikat yang paling bernilai dalam hidup ini.

Sangat banyak nilai yang ada di buku ini, ditambah dengan ayat-ayat Quran untuk memperjelas maksudnya. Salah satu contoh adalah ujian. Masih terngiang-ngiang dalam benak Ustadz Felix pernah bilang, "Seringkali kita mengeluh ketika diberi ujian sama Allah tanpa kita sadari ada maksud di dalamnya. Di antara kita pasti banyak yang bertanya, "Kenapa harus saya? Banyak orang di luar sana yang maksiat, berzina, tapi hidupnya biasa aja tuh, gak ada tekanan sama sekali. Kenapa harus saya?""

Gue termenung sebentar begitu mendengar dakwah beliau, lalu beliau menjawab, "Karena bisa jadi itu salah  satu bentuk kasih sayang Allah kepada hambanya yang ingin menjadi lebih baik. Allah mengatakan bahwa semua hamba-Ku pasti diuji. Dan yang menjadi buktinya adalah para nabi. Tidak ada ujian yang lebih berat dibandingkan ujian yang dialami para nabi terdahulu. Justru sikap mereka, para nabi terdahulu, sama sekali tidak mengeluh. Karena mereka percaya ada Allah yang menjadi pelindung dan mereka tidak butuh apa-apa selain Allah. Jadi jangan bersedih! Justru semakin besar ujian yang dialaminya, artinya Allah ingin meninggikan derajat kemuliaannya." Oke ini bikin gue pengen nangis sebenernya. 

Penjelasan itu cukup bikin gue paham, apalagi ditambah penjelasan buku ini. Bahkan si penulis pernah menceritakan sebuah kisah di bukunya tentang seseorang yang masih bisa bersyukur walau hanya dengan sepotong roti. Gue bertanya-tanya, kekuatan apa yang bisa membuat ia bertahan hidup walau hanya dengan sepotong roti? Ternyata jawabannya bikin gue terenyuh. Karena ia menganggap dunia hanya sebentar saja, bahkan kurang dari sehari. Justru yang dinantikannya adalah kehidupan abadi yaitu akhirat.

Seberapa berat ujian itu, dan mereka ridha dengan Tuhannya, lantas balasan apa yang lebih mulia kalau bukan surga? Ini yang membuat hati gue terbuka, ternyata dunia memang tidak bernilai apa-apa. Hanya saja gue masih harus belajar untuk memahami ini semua. Di buku tertulis, "Allah akan memberi kemudahan dan kelancaran untuk mereka yang menginginkan kesuksesan dunia, tapi tidak untuk akhirat. Tapi apabila mereka lebih memilih mengejar urusan akhirat, maka Allah beri kemudahan juga untuknya di dunia."

Dan sejujurnya poin kedua itu bisa dibilang lumayan sulit untuk dijalani ditambah dengan godaan-godaan lain. Tapi untuk poin yang pertama gue udah bisa lihat contohnya di dunia nyata. Terlihat sangat kontras malah. Singkatnya gue udah paham maksud dari itu semua. Masih banyak puzzle misteri kehidupan ini yang belum terungkap tapi alhamdulilah pertanyaan-pertanyaan yang selama ini selalu mengganjal di benak sudah lumayan banyak yang terjawab.

Oke karena buku ini udah bikin gue terenyuh plus meneteskan air mata dan sayangnya gue gak bisa menjelaskan seluruh isinya, jadi gue cuma bisa saranin 'bacalah'.

Selasa, 10 September 2013

Muhammad Al-Fatih 1453

Sebenernya gue bukan tipe orang yang suka sejarah di mana kisah zaman dulu selalu diidentikkan dengan tanggal dan tahun yang susah diingat. Tapi kronologi itu berbalik setelah gue baca ini. Iya, bisa dibilang 180 derajat.

Sebenernya gue udah selesai baca ini dari kapan tahu tapi baru terdorong niat posting di blognya sekarang. Berawal dari ketertarikan gue sama buku karangan Ustad Felix Siauw yang berjudul Udah Putusin Aja! dan Yuk, Berhijab! gue jadi tertarik beli buku beliau yang lain. 

Entah kenapa setiap apa yang beliau sampaikan selalu terdengar #ekstrem di telinga gue dan selalu berakhiran "emang bener sih" yang terlintas di pikiran gue. Contohnya dua buku tadi. 

Nah, untuk yang satu ini beda cerita. Buku ini sepintas bikin penasaran di mana mengisahkan terjadinya peristiwa keruntuhan Konstatinopel. Awalnya gue pikir buku ini hanya menceritakan sebatas sejarah yang berlangsung 14 abad yang lalu. TAPI ternyata lebih dari itu.

Gue malah dibikin takjub dan itu membuka mata gue di mana semestinya Islam dipelajari secara kaffah (sempurna/menyeluruh) dan itu dipraktikkan oleh semua muslim pada zaman dulu tanpa pilah dan pilih (sangat bertolak belakang dengan sekarang). Yang bikin gue kagum adalah pemimpinnya, gue cuma bisa speechless alias gak tahu harus ngomong apa saking takjubnya beliau pada masa itu. Di umur yang masih sangat muda sudah hafal Quran di bawah bimbingan ulama-ulama hebat dan mempelajari bidang lainnya seperti ilmu geografi, bahasa, sejarah, dan lain-lain.

Beliau pun termasuk orang polimatik yang artinya ilmuwan yang tidak hanya menguasai satu bidang saja. Dan itu kebanyakan hanya dimiliki para ilmuwan kuno. Terlepas dari mempelajari ilmu tersebut, beliau juga mempelajari Quran seutuhnya dan berpegang teguh secara menyeluruh. Beliau ingin memenuhi wasiat Rasulullah saw. dan percaya bahwa bisyarah Rasul itu benar bahwa Konstatinopel akan runtuh di bawah pimpinan sebaik-baik pemimpin. Dan beliau ingin mewujudkannya.

Selain itu beliau tidak pernah melewatkan salat tahajjud barang satu malam pun dan salat rawatib. Ini yang bikin gue merinding. Bahkan di antara ratusan ribu pasukannya, hanya beliau satu-satunya orang yang salat tahajjudnya tidak terlewat sama sekali, setiap malam selalu terjaga dan berkeliling camp untuk memastikan pasukannya melaksanakan tahajjud. Beliau juga berpegang teguh pada Quran dan As-Sunnah. Ini baru yang namanya sebaik-baik pemimpin.

Kayaknya kalo ditulis lengkap di sini bakal panjang banget, yang pasti buku ini recommended banget buat dibaca. Setelah membaca buku ini gue jadi tertarik membaca kisah-kisah Nabi dan Rasul, juga sahabat-sahabatnya secara lengkap. Apalagi gue penasaran banget pengen baca kisah Umar Bin Khattab tapi belum nemu bukunya ampe sekarang. Juga kisah Khadijah, Maryam, Asiyah, dan Fatimah. Mereka merupakan teladan yang patut dicontoh. Bahkan pemimpin yang menaklukkan Konstatinopel tersebut sangat meneladani Rasulullah saw. Bisa dibilang itulah yang dinamakan iman yang sebenar-benarnya. Subhanallah :")