Sebenernya gue bukan tipe orang yang suka sejarah di mana kisah zaman dulu selalu diidentikkan dengan tanggal dan tahun yang susah diingat. Tapi kronologi itu berbalik setelah gue baca ini. Iya, bisa dibilang 180 derajat.
Sebenernya gue udah selesai baca ini dari kapan tahu tapi baru terdorong niat posting di blognya sekarang. Berawal dari ketertarikan gue sama buku karangan Ustad Felix Siauw yang berjudul Udah Putusin Aja! dan Yuk, Berhijab! gue jadi tertarik beli buku beliau yang lain.
Entah kenapa setiap apa yang beliau sampaikan selalu terdengar #ekstrem di telinga gue dan selalu berakhiran "emang bener sih" yang terlintas di pikiran gue. Contohnya dua buku tadi.
Nah, untuk yang satu ini beda cerita. Buku ini sepintas bikin penasaran di mana mengisahkan terjadinya peristiwa keruntuhan Konstatinopel. Awalnya gue pikir buku ini hanya menceritakan sebatas sejarah yang berlangsung 14 abad yang lalu. TAPI ternyata lebih dari itu.
Gue malah dibikin takjub dan itu membuka mata gue di mana semestinya Islam dipelajari secara kaffah (sempurna/menyeluruh) dan itu dipraktikkan oleh semua muslim pada zaman dulu tanpa pilah dan pilih (sangat bertolak belakang dengan sekarang). Yang bikin gue kagum adalah pemimpinnya, gue cuma bisa speechless alias gak tahu harus ngomong apa saking takjubnya beliau pada masa itu. Di umur yang masih sangat muda sudah hafal Quran di bawah bimbingan ulama-ulama hebat dan mempelajari bidang lainnya seperti ilmu geografi, bahasa, sejarah, dan lain-lain.
Beliau pun termasuk orang polimatik yang artinya ilmuwan yang tidak hanya menguasai satu bidang saja. Dan itu kebanyakan hanya dimiliki para ilmuwan kuno. Terlepas dari mempelajari ilmu tersebut, beliau juga mempelajari Quran seutuhnya dan berpegang teguh secara menyeluruh. Beliau ingin memenuhi wasiat Rasulullah saw. dan percaya bahwa bisyarah Rasul itu benar bahwa Konstatinopel akan runtuh di bawah pimpinan sebaik-baik pemimpin. Dan beliau ingin mewujudkannya.
Selain itu beliau tidak pernah melewatkan salat tahajjud barang satu malam pun dan salat rawatib. Ini yang bikin gue merinding. Bahkan di antara ratusan ribu pasukannya, hanya beliau satu-satunya orang yang salat tahajjudnya tidak terlewat sama sekali, setiap malam selalu terjaga dan berkeliling camp untuk memastikan pasukannya melaksanakan tahajjud. Beliau juga berpegang teguh pada Quran dan As-Sunnah. Ini baru yang namanya sebaik-baik pemimpin.
Kayaknya kalo ditulis lengkap di sini bakal panjang banget, yang pasti buku ini recommended banget buat dibaca. Setelah membaca buku ini gue jadi tertarik membaca kisah-kisah Nabi dan Rasul, juga sahabat-sahabatnya secara lengkap. Apalagi gue penasaran banget pengen baca kisah Umar Bin Khattab tapi belum nemu bukunya ampe sekarang. Juga kisah Khadijah, Maryam, Asiyah, dan Fatimah. Mereka merupakan teladan yang patut dicontoh. Bahkan pemimpin yang menaklukkan Konstatinopel tersebut sangat meneladani Rasulullah saw. Bisa dibilang itulah yang dinamakan iman yang sebenar-benarnya. Subhanallah :")
Tidak ada komentar:
Posting Komentar